Manusia Dan Harapan
HARAPAN
Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari
kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian
akan bebuah kebaikan di waktu yang akan datang. Pada umumnya harapan berbentuk
abstrak, tidak tampak, namun diyakini bahkan terkadang, dibatin dan dijadikan
sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya harapan tertumpu
pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang
mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berdoa atau berusaha.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa esensi harapan berbeda dengan "berpikir
positif" yang merupakan salah satu cara terapi proses sistematis dalam
psikologi untuk menangkal "pikiran negatif" atau "berpikir
pesimis".
Kalimat lain "harapan palsu" adalah kondisi di mana harapan dianggap
tidak memiliki dasar kuat atau berdasarkan khayalan serta kesempatan harapan
tersebut menjadi nyata sangatlah kecil.
PEERSAMAAN HARAPAN DAN CITA-CITA
Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri,
maupun kepercayaan kepada Tuhan yang maha esa. Agar harapan terwujud, maka
perlu usaha dengan sungguh-sungguh. Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka
harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada
umumnya perlu setinggi bintar.
Antara harapan dan cita-cita terdapat persamaan yaitu : keduanya menyangkut
masa depan karena belum terwujud, pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan
orang menginginkan hal yang lebih baik atau meningkat.
CONTOH CITA-CITA
Seorang anak sekolah dasar gemar menyani, ia selalu menyanyi
ketika disuruh gurunya untuk menyani di depan kelas, dan ia pun memiliki
cita-cita agar saat dewasa nanti ia bisa menjadi penyanyi terkenal seperti
idolanya.
Pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan manusia itu adalah
:
1. Kelangsungan
hidup
2. Keamanan
3. Hak dan
kewajiban mencintai dan dicintai
4. Diakui
lingkungan
5. Perwujudan
cita-cita
DOA
DOA (DU’A) adalah memohon atau meminta pertolongan kepada Allah SWT.
Akan tetapi bukan berarti hanya orang-orang yang sedang ditimpa musibah saja
yang layak memanjatkan doa. Dalam keadaan segar-bugar dan tidak kekurangan
suatu apa pun, sebagai manusia, kiranya kita layak berdoa. Setidaknya berdoalah
memohon perkenan Allah SWT untuk mengampuni segala dosa-dosa, baik yang kita
segaja maupun tidak. Juga meminta tetap diberi kekuatan iman dan kesehatan agar
dapat melaksanakan segala perintah-Nya. Lalu memohon perlindungan-Nya dari
gangguan setan dan hawa nafsu kita sendiri supaya tidak terjerembab dalam
jurang maksiat.
KEPERCAYAN
Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada
orang lain dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan merupakan
kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya.
Ketika seseorang mengambil suatu keputusan, ia akan lebih memilih keputusan
berdasarkan pilihan dari orang- orang yang lebih dapat ia percaya dari pada
yang kurang dipercayai (Moorman, 1993).
Menurut Rousseau et al (1998), kepercayaan adalah wilayah
psikologis yang merupakan perhatian untuk menerima apa adanya berdasarkan
harapan terhadap perilaku yang baik dari orang lain. Kepercayaan konsumen
didefinisikan sebagai kesediaan satu pihak untuk menerima resiko dari tindakan
pihak lain berdasarkan harapan bahwa pihak lain akan melakukan tindakan penting
untuk pihak yang mempercayainya, terlepas dari kemampuan untuk mengawasi dan
mengendalikan tindakan pihak yang dipercaya (Mayer et al, 1995).
Menurut Ba dan Pavlou (2002) mendefinisikan kepercayaan
sebagai penilaian hubungan seseorang dengan orang lain yang akan melakukan
transaksi tertentu sesuai dengan harapan dalam sebuah lingkungan yang penuh
ketidakpastian.
Universitas Sumatera Utara
Kepercayaan terjadi ketika seseorang yakin dengan
reliabilitas dan integritas dari orang yang dipercaya (Morgan & Hunt,
1994).
Doney dan Canon (1997) bahwa penciptaan awal hubungan mitra
dengan pelanggan didasarkan atas kepercayaan. Hal yang senada juga dikemukakan
oleh McKnight, Kacmar, dan Choudry (dalam Bachmann & Zaheer, 2006),
menyatakan bahwa kepercayaan dibangun sebelum pihak-pihak tertentu saling
mengenal satu sama lain melalui interaksi atau transaksi. Kepercayaan secara
online mengacu pada kepercayaan dalam lingkungan virtual.
Menurut Rosseau, Sitkin, dan Camere (1998), definisi
kepercayaan dalam berbagai konteks yaitu kesediaan seseorang untuk menerima
resiko. Diadaptasi dari definisi tersebut, Lim et al (2001) menyatakan
kepercayaan konsumen dalam berbelanja internet sebagai kesediaan konsumen untuk
mengekspos dirinya terhadap kemungkinan rugi yang dialami selama transaksi
berbelanja melalui internet, didasarkan harapan bahwa penjual menjanjikan
transaksi yang akan memuaskan konsumen dan mampu untuk mengirim barang atau
jasa yang telah dijanjikan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepercayaan konsumen adalah
kesediaan satu pihak menerima resiko dari pihak lain berdasarkan keyakinan dan
harapan bahwa pihak lain akan melakukan tindakan sesuai yang diharapkan,
meskipun kedua belah pihak belum mengenal satu sama lain.
PERCAYA KEPADA TUHAN
Setiap orang yang beragama pasti percaya kepada Tuhan,
mingkatkan kepercayaan kepada Tuhan bisa dilakukan dengan meingkatkan ketakwaan
dan keimanan, dengan cara mendekatkan diri dengan Tuhan (Beribadah) dan taat
pada ajaaran yang ia jalanin.
Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan bebuah kebaikan di waktu yang akan datang. Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak, namun diyakini bahkan terkadang, dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya harapan tertumpu
pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berdoa atau berusaha.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa esensi harapan berbeda dengan "berpikir positif" yang merupakan salah satu cara terapi proses sistematis dalam psikologi untuk menangkal "pikiran negatif" atau "berpikir pesimis".
Kalimat lain "harapan palsu" adalah kondisi di mana harapan dianggap tidak memiliki dasar kuat atau berdasarkan khayalan serta kesempatan harapan tersebut menjadi nyata sangatlah kecil.
PEERSAMAAN HARAPAN DAN CITA-CITA
Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan yang maha esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh. Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada umumnya perlu setinggi bintar.
Antara harapan dan cita-cita terdapat persamaan yaitu : keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud, pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang lebih baik atau meningkat.
CONTOH CITA-CITA
Pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan manusia itu adalah :
DOA
DOA (DU’A) adalah memohon atau meminta pertolongan kepada Allah SWT. Akan tetapi bukan berarti hanya orang-orang yang sedang ditimpa musibah saja yang layak memanjatkan doa. Dalam keadaan segar-bugar dan tidak kekurangan suatu apa pun, sebagai manusia, kiranya kita layak berdoa. Setidaknya berdoalah memohon perkenan Allah SWT untuk mengampuni segala dosa-dosa, baik yang kita segaja maupun tidak. Juga meminta tetap diberi kekuatan iman dan kesehatan agar dapat melaksanakan segala perintah-Nya. Lalu memohon perlindungan-Nya dari gangguan setan dan hawa nafsu kita sendiri supaya tidak terjerembab dalam jurang maksiat.